Senin, 29 Juli 2013
Disetubuhi Keponakan Kekar
Hari itu aku pulang agak cepat karena ada beberapa klien yang mengubah jadwal appointmentnya, aku turun
didepan pagar danmeminta Pak Supir untuk langsung menuju kantor suamiku, toh aku tidak
ada rencana pergi lagi hari ini. Suasana rumah terasa sepi, aku melirik jam tanganku, pantas…
baru pukul dua lewat sekarang ini, masih siang dan kedua anak–anakku belum pulang dari
sekolah, yang bungsu sekarang sudah SMP kelas 1 dan kakaknya SMP kelas 3, kuingat mereka
mengatakan siang ini ada Eskul
sehingga pulang agak sore. Saat melewati kamar di lantai
bawah, aku tercekat…kudengar
suara nafas yang agak memburu
dan desah tertahan…dan semakin
jelas ketika aku mendekat,
kulihat pintu kamar tidak tertutup rapat dan ada sedikit celah yang
memungkinkan aku bias melihat
isi kamar dari pantulan cermin
yang terletak berserangan
dengan letak pintu, dan kini aku
yang terhenyak. Suatu perasaan ‘menggelitik’
mulai menerpaku…turun ke
kebawah ke antara kedua kaki
ku…aku tahu kalau kemaluanku
mulai melembab menyaksikan
pemandangan itu. Dari pantulan cermin kulihat Dino,
keponakan suamiku telentang
diatas ranjang, telanjang dan
tangannya sedang menggenggam
kemaluannya, bergerak teratur
naik turun, tentu saja aku tahu kalau pemuda itu sedang
bermasturbasi, namun yang
membuatku terpana adalah
kemaluannya itu…, besar dan
panjang…sekilas terlihat kalau
genggaman tangan pemuda itu sama sekali tak menutupi kepala
kemaluannya yang Nampak
merah dan berkilauan. Dino masih mendesah perlahan
dan tiba tiba ia mempercepat
gerakan tangannya lalau
tubuhnya mengejang dan dari
kepala kemaluannya keluar
dengan semprotan yang cukup keras melambung keudara dan
cairan itu mendarat didadanya,
beberapa kali kepala kemaluan
itu Nampak menyemprotkan
cairan dan akhirnya dengan lesu
tangan pemuda berusia 20 tahun itu mengendur dan menggapai
tissue di meja sisi ranjang Aku yang sempat terpana segera
sadar dan cepat cepat menuju
kamarku, kalau saja sampai
terlihat, aku…tantenya
menontonnya bermartubasi
wah…………… Ketika aku mengganti pakaian
dengan baju santai.. aku baru
menyadari kalau celana dalamku
ternyata sangat basah…………… Tanganku sudah menyelinap
kedalam celana dalam yang
kukenakan.. dan jari-jariku
memainkan clitorisku.., aku
semakin basah…dan pikiranku
semakin menerawang membayangkan kemaluan muda
yang besar dan kekar itu………,
dan akhirnya….dengan lenguhan
dan desah tertahan aku mencapai
orgasme ku…ah…tapi tak
senikmat yang kuinginkan. Perkawinanku sudah menginjak
tahun kelima belas, aku tidak bisa
mengatakan kalau aku tidak
bahagia, suamiku baik, perhatian,
dengan 2 anak yang sehat dan
memenuhi harapan setiap orang tua, namun aku juga tidak bias
mengatakn kalau aku puas
dengan kehidupan sexku. Suamiku selain sibuk juga hanya
menjadikan sex sebagai
pemenuhan kewajiban, memang
setiap kali kami berhubungan sex
aku bias terpuaskan, namun
frekuensi yang jarang, kadang belum tentu seminggu sekali
sesungguhnya jauh dari yang
sesungguhnya kuharapkan. Untunglah aku juga memiliki
kesibukan, sebagai beauty
consultan sebuah perusahaan
kosmetik terkemuka aku
memiliki jadwal yang cukup
padat, namun berselingkuh sungguh sebelumnya tidak
pernah terlintas dalam pikiranku. Sambil rebah aku terus
menerawang ………pada awalnya
aku agak keberatan ketika
suamiku menyampaikan bahwa
Dino keponakannya yang hendak
melanjutkan kuliah di kota kami untuk sementara akan tinggal di
rumah kami sampai
mendapatkan tempat kost yang
sesuai.
Aku merasa bahwa kehadiran
orang lain akan mengganggu privacy kami yang selama ini
tenang, di rumah kami hanya
berempat, aku, suamiku dan
kedua anakku yang masih SD dan
SMP, serta seorang pembantu
yang sudah lama ikut kami. “Pikirkanlah ma…” kata
suamiku ketika untuk kesekian
kalinya menanyakan jawabanku,
“Dulu papa sempat dibantu oleh
Tante Ina, ibunya Dino ketika
kuliah dan almarhum Oom Broto masih hidup, Papa pikir paling
tidak bisalah membalas budi baik
mereka dulu, dan Papa
dengardino itu anak yang baik,
sopan dan malah bias membantu
Andre dan Tony dengan pelajaran mereka kan ?” suamiku
mencoba meyakinkanku. Aku mengalah dan berpikir tidak
ada salahnya mencoba lagi pula
kami masih ada kamar kosong
dilantai bawah. Ketika Dino datang aku cukup
senang karena pemuda yang
kecilnya kurus itu kini telah
menjelma menjadi pemuda yang
tinggi, kekar, lumayan ganteng
dan memiliki sikap yang sopan, pun setelah dia tinggal dirumah
kami pemuda itu tetap sangat
sopan dan ringan tangan,
membantu semua yang bisa
dikerjakannya, anak anak pun
senang karena dengan senang hatiDino membantu pelajaran
mereka. Selama beberapa bulan ini tanpa
terasa Dino sudah menjadi bagian
dari keluarga kami, dan aku tidak
pernah sebelumnya memandang
Dino sebagai seorang lelaki. Namun kejadian tadi secara total
mengubah pandanganku……………… Rasa penasaran yang sedemikian
besar mebuatku ingin mengetahui
lebih jauh tentang pemuda itu,
aku keluar dari kamar dan
menuruni tangga sambil
memanggilnya. “Din…Dino…sibuk ?” tanyaku
ketika aku melihatnya
“Nggak tante…ada yang bisa
dibantu?” tanyanya dengan
sopan, pemuda itu sudah keluar
dari kamarnya, dan tentu saja sudah mengenakan jeans dan
kaos yang mencetak tubuh
kekarnya.
“Tante lapar… boleh nggak
tolongin tante beliin nasi bungkus
di restoran padang?, kalau nyuruh si bibik nanti lama, kamu
kan naik motor pasti lebih cepat,
beli 2 bungkus ya.. kamu temenin
tante makan” kataku lagi.
“Baik tante” jawabnya dan
setelah menerima uang yang aku berikan ia melesat pergi Setelah suara deru motornya
terdengar menjauh aku bergegas
ke kamarnya, masih kutemukan
tissue yang telah teremas dan
tergeletak dimeja disamping
tempat tidurnya, dan kulihat kalau laptopnya masih dalam
keadaan menyala.
Dengan cepat aku mencoba
melihat isi computer pemuda itu
dan sungguh terperanjat aku
melihat di my picture foto foto ku terpampang disana. Foto foto itu adalah foto-foto yang
dibuat saat kami rekreasi, makan
di restoran dan segudang
kegiatan lain, namun sudah di
cropping dan tertinggal hanya
diriku seorang, semua diberi nama dengan awalan ‘tanteku
yang cantik’ Aku tidak berani terlalu lama
membongkar data data yang ada
karena selain tidak terlalu mahir,
juga agak schok dengan
kenyataan yang ada…Dino..? …
Menilaiku cantik ..? “Tumben kamu dirumah, nggak
ada kegiatan hari ini ?” tanyaku
sambil menikmati nasi bungkus
yang tadi dibeli.
“Nggak Tante.. hari ini
kebetulan jadwal kuliah kosong” jawab Dino
“Kok nggak ke pacar kamu?”
tanyaku lagi sambil menjangkau
gelas minum
“Wah..nggak punya Tante, selain nggak ada yang mau juga Dino mau cepet cepet selesai kuliah”
katanya dengan wajah memerah.
“Nggak ada yang mau ?..mana
mungkin ..kamu tuh ganteng lho..,
kamu ‘kali yang nolak terus”
kataku lagi. “Iya ..Tante, nggak ada yang
mau..” wajah anak muda itu
semakin memerah.
“Ok.. deh..” kataku setelah
meneguk minumanku, “Tante
mau istirahat dulu ya…, mumpung pas bias pulang siang…” kataku
sambil meninggalkan ruang
makan menuju kamar dan sambil
berjalan aku merasa betapa mata
anak muda mengawasi ayunan
pinggulku saat berjalan. Hampir aku terlelap ketika suara
ramai menggetarkan gendang
telingaku…dan anak anakku
menerobos masuk kamar,
mengucapkan salam dan
bergantian mengecup pipiku, pikiran dan perhatiankupun kini
kembali ke dunia ‘nyata’ dan
kesibukan sebagai Ibu rumah
tangga berlangsung seperti biasa. “Aduh Pa..Mama nggak bisa,
besok ada presentasi dan
seminar penting, dan Mama harus
menyajikan materi yang telah
disiapkan team dihadapan para
audience” jawabku ketika suamiku memintaku untuk
menemaninya menengok kebun
kami di daerah pegunungan.
“Tapi kan besok hari Sabtu..izin
sajalah, kasihan anak – anak,
Papa sudah janji sama mereka” kata suamiku lagi.
“Habis Papa sih.. bikin rencana
nggak ngomong dulu.., nggak
mungkin Mama membatalkan
begitu saja, siapa yang bisa
menggantikan ?, ajakDino juga biar ada yang bantu papa jaga
anak – anak” jawabku lagi.
“Hmm.. sudah kuajak, tapi
besok dia ada ujian katanya”
suamiku menjawab.
“Ok..lah, tapi si Bibik dibawa ya Ma, biar dia bantu mengawasi
anak – anak, soalnya Mang Abdul
penjaga kebun kita sudah wanti-
wanti kalau masalah pagar
disana sudah mendesak..nanti
kalau ada yang nyerobot jadi repot” suamiku akhirnya
mengalah. “Boleh, ajak aja si Bibik, Mama
juga akan lebih
tenang..”jawabku, Bibik
pembantu kami itu sudah ikut
kami sejak aku masih kecil dan
setelah aku berumah tangga aku memamng minta kepada orang
tuaku agar Bibik bisa ikut aku,
pada usianya yang menjelang 60
tahun dia masih sangat sehat dan
mampu mengerjakan semua
sebaik dulu. Pukul dua siang seminar dan
presentasi produk baru sudah
selesai dan aku segera meluncur
pulang, di mobil aku sempat
menelpon anak – anak dan
antusiasme dalam suara mereka sedikit banyak membuatku
merasa tidak enak…untunglah
mereka bergembira pikirku. “Bu masih ada rencana
pergi..?” Tanya pak Udin sopir
yang juga sudah lama ikut kami.
“Tidak Pak., kenapa..?”
tanyaku
“Kalau boleh saya mau ijin Bu, anak saya hari ini dating dari
desa..kangen juga sudah lama
nggak ketemu”jawab sopir tua
dengan sopan.
“Oh..boleh Pak.. “ kataku
member ijin. Setelah memarkir mobil di garasi
pak Udin pamit dan aku masuk
rumah yang kali ini benar benar
sepi. “Lho..sudah pulang tante..?”
suara Dino mengejutkanku
“Sudah selesai seminarnya, dan
kamu katanya ujian..? jawabku
sambil bertanya.
“Sudah tadi tante.. dari Jam 8.00 sampai jam 12.00, habis itu
langsung pulang” jawab pemuda
itu.
“Kamu sudah makan..?”
tanyaku lagi.
“Juga sudah..tante sudah makan ?, kalau belum biar Dino
siapkan” katanya menawarkan
diri.
“Sudah tadi diseminar tapi kalau
nggak keberatan bikini tante
minuman dingin dong…dikulkas kayaknya masih ada juice ..”
kataku
“Baik Tante” jawab pemuda itu
patuh.
“Trims.., Tante salin baju dulu
ya..? kataku sambil melangkahkan kakiu naik tangga
menuju kamarku. Setelah membersihkan diri, aku
mengikat rambutku ekor kuda,
dan aku agak lama menentukan
pakaianku…..tiba tiba saja
terbersit pikiran nakalku ingin
menggoda pemuda itu. Akhirnya aku memilih baju
longgar dan rok mini yang biasa
kugunakan saat main tennis, aku
sengaja tidak mengenakan BH
sehingga payudaraku
menggantung bebas, dengan tinggi 160 Cm, berkulit putih, aku
tidak memiliki payudara seperti
Pamela Anderson, tapi dengan
usia yang menjelang 40,
payudara dengan BH No. 36 B
masih tegak dan belum terlalu turun.
Wajahku tidaklah terlalu cantik,
mataku agak sipit, maklum
keturunan Chinese, tapi aku tahu
kalau aku cukup menarik dengan
hidung mancung dan bibir yang penuh walau tidak tebal. Ketika aku melangkah turun
sekilas kulihat Dino menatapku
dengan terpesona, namun aku
berpura-pura tidak
menyadarinya dan sambil
menerima gelas juice yang diangsurkannya aku
mengajaknya duduk disofa depan
TV. Dan dengan patuh Dino
menurut, kulihat tangannya
membawa sebuah buku. Siang hari begini mana ada acara
TV yang menarik?, maka akupun
mengajaknya ngobrol. “Buku apa itu Din..?’”
tanyaku.
“Oh.. ini .. tentang akupunktur
dan anatomi serta susunan syaraf
manusia Tan…” jawabnya
“Lho..kamu ini kuliah di ekonomi atau mau jadi
akupnktur?”
“Ah…ini sekedar iseng … buat
nambah pengetahuan..habis jenuh
belajar ekonomi terus..buta
refreshing..gitu..” jawabnya lagi.
“Biasanya anak muda tuh kalau
refreshing baca nya buku
porno” jawabku sembarangan.
“Ah..Tante..nggak semua dong
begitu” jawabnya dengan wajah anak muda itu memerah dan dari
sudut mataku aku menilainya,
dengan tinggi diatas 170 Cm, rutin
kefitness menjadikannya kekar
dan berisi dengan perut yang
rata, rambut ikal bergelombang dan sudut mulut yang membuat
wajahnya nampak ramah
sesungguhnya pemuda berusia 20
tahun ini sangat menarik. “Terus apalagi yang diajarin
buku itu?” tanyaku
“Ya macam – macam Tan..
termasuk refleksiologi”
jawabnya cepat.
“Refleksi, kayak pijat refleksi gitu………?” tanyaku
“Iya betul” jawabnya lagi. Pikiran untuk menggodanya
semakin kuat menerpa hatiku
dan sikap sopan serta malu –
malu pemuda ini menjadikanku
semakin ingin menggodanya. “Berarti kamu sudah bisa
dong..?” tanyaku
“Wah nggak tahu Tante..belum
pernah dipraktekan, kan nggak
gampang mencari sukarelawan
untuk jadi kelinci percobaan” jawabnya tersenyum.
“Ya udah…kebetulan Tante lagi
santai..ayo kamu praktek
ilmumu” Tanpa menunggu aku pindah
kesofa panjang dan telungkup
disana. “Lho..kok diam…?, ayo kamu
coba refleksi yang kamu
pelajari” kataku dan saat aku
mendongak aku melihat
wajahnya seperti tidak percaya
menatapku. “Nggak..ah…Dino nggak
berani…”jawabnya
“Iya deh…Tante sudah
tua….pasti kamu segan ya
merefleksi orang tua” kataku
menggoda “Ih.. Tante sama sekali nggak
tua, Tante cantik sekali”
jawabnya dan terkejut sendiri
dengan pujiannya
“Cantik?, memang kamu pikir
tante cantik ?” tanyaku “Tapi……….”Jawabnya ragu
“Tapi apa..? pelan pelan saja..,
jangan pakai tenaga dulu…” aku
meyakinkannya walau aku tahu
maksudnya ‘tidak berani’ itu
bukan masalah pijatnya. Dengan wajah seakan – akan
‘apa boleh buat’ Dino
beringsut dan duduk diujung sofa
dekat kakiku.
Tangannya agak basah, dingin
dan sedikit gemetar ketika ia menyentuh telapak kakiku.
“Kok tanganmu dingin sih…?”
tanyaku
“Nggak apa – apa kok
Tan..”suaranya agak serak
kertika ia menjawab. Tangan kekar itu lalu mulai
memegang kaki kiriku dan
menekan tapak kakiku, hatiku
juga bergemuruh tidak
karuan..gila…masa cuma
dipegang tapak kaki saja aku mulai hangat diantara kedua
pahaku. Setelah beberapa lama ia memijat
kedua tapak kakiku akhirnya aku
yang tidak tahan
Aku berbalik mengubah posisi
dan setengan duduk dengan
berselonjor “Ah.. kamu jadi bikin Tante
pegel deh.., kamu pijitin kaki
Tante ya, pijat biasa saja Ok..?”
kataku
“Ba..baik..Tante..” Jawabnya
agak terbata “kamu duduknya agak kesini
dikit….nah…gitu” kataku
menggurui. Demikianlah Dino kini duduk
dekat pinggangku,
membelakangiku dan tangannya
memijit mijit lembut. “Mmmh..enak juga pijitan kamu
Din..terus aja keatas sampai
paha..nggak apa kok” dan
kakiku yang satunya kutekuk,
lupa kalau aku mengenakan mini
skirt sehingga pasti Dino bisa melihat celana dalamku
terpampang. pantantnya sudah diatas lututku
dan hatiku juga semakin terbawa
oleh rasa terangsang yang mulai
mempengaruhiku. Aku menggapai gelas minumku
dan mencoba minum tanpa
merubah posisi, suatu pikiran
nakal lain menyergapku dan toh
dia sedang membelakangiku,
dengan sengaja aku menumpahkan juice yang tersisa
kebadanku setelah sebelumnya
menyenggol punggungnya.
“Aduh..maaf Tante…” Kata
Dino terkejut ketika melihat
cairan juice itu membasahi perutku hingga kepaha.
“nggak apa…Din..Tante yang
salah” jawabku
“Din..tolong ambil handuk kecil
di kamar mandi ya…” katku lagi
dan dengan setengah berlari pemuda itu melesat, sempat
kulihat kalau bagian depan celana
yang dikenakannya
menggembung. Aku tersenyum. “Iya disitu yang basah..agak
keatas…”kataku ketika Dino
sudah kembali dan mengelap
pahaku yang basah
“Tapi ..basahnya kedalam …
Din..kamu tolong T ante ya.. “ kataku lalu kuangkat baju
gombrong yang kukenakan
hingga atas dan sedikit bagian
payudaraku terlihat.
Dengan teliti dan hati hati anak
muda itu mengelap tubuhku dengan handuk yang diambilnya,
sambil berlutut disamping sofa.
“Nggak apa – apa ya
Din..tolongin tante..” kataku
lagi..sambil menatap wajah yang
berada dekat dengan perutku itu. “I..I..Iya tante…jawabnya
dengan suara yang hamper tk
terdengar.
“Kebawah Din…ah… rok nya
mengganggu..lalu dengan cepat
aku meloloskan rok tennis yang kukenakan dan kini aku setengah
terbaring dengan hanya bercelan
dalam dibagian bawah.
Semakin gemetar tangan Dino
mengelap pahaku dan perutku.
“Tapi bagian dalam juga basah Din…”kataku lagi
“Lepaskan celana dalam tante
ya..biar kamu leluasa” aku
meyuruhnya Kini jelas terpampang didepan
wajahnya kemaluanku, dengan
bulu yang tercukur rapih , dan
aku agak merenggangkan kakiku
sehingga rekahannya terlihat
olehnya. Nafas pemuda itu sudah sangat
memburu dan akupun merasa
semakin basah…dengan tangan
kiriku aku mengambil handuk
yang digunakannya dan
melemparkannya entah kemana.., lalu kutuntun jari jari
tangan yang kekar itu menyentuh
dan sedikit memasuki lubang
kemaluan yang telah membasah
itu. Tangan kananku tahu tahu sudah
meremas gelembung depan
celana pemuda itu, dan dengan
lirih aku berkata “Din..kmau
sudah melihat tante punya.., boleh
tante melihat punyamu..?” Wajah yang semakin memerah
itu hanya mengangguk dan dia
berdiri didepanku membuka ikat
pinggangnya dan aku
membantunya dengan sekali
tarik aku menurunkan celana yang dikenakannya termasuk
celana dalamnya.
‘Prang’ Kemaluan yang sudah
mengeras itu berdiri dan
menunjuk depan wahaku, dan
aku sungguh harus mengagumi keindahanmya, dengan otot yang
tampak melingkar, kepala yang
besar kemerahan dan tanpa
menunggu aku mencoba
menggenggamnya. Aku yakin kalau panjangnya pasti
lebih dari delapan belas
centimeter dengan lingkar yang
besar dan buah zakar yang
menggantung, ditutupi bulu – bulu
yang agak keriting. Kedua tanganku tak henti
mengusap dan menggenggamnya
dengan sesekali tangan kiriku
mengusap buah zakarnya dan
tanpa dapt menahan kepala
kemaluan itu sudah masuk dalam mulutku.
Hanya sepertiga mungkin yang
bisa masuk mulutku.. dan lidahku
mulai menari, menjilat dan
mengecup, menghisap dan
sesekali batang kemaluan itu kugigit perlahan. Kuminta ia duduk dan kami
bertukar tempat, aku yang kini
berlutut didepannya dan ia duduk
di sofa, dengan isyarat kusuruh ia
melepaskan kaos yang
dikenakannya dan sesekali tanganku membelai dada yang
kekar itu. Aku sudah melepaskan baju
gombrong yang kukenakan…dan
kini kami sama sama sudah tak
berpakaian, aku terus menjilat
dan menghisap kemaluan Dino
dengan penuh nafsu dan desahan serta erangan tak tertahankan
keluar dari mulut pemuda itu.
“Ahhh..tante…
enak….aduh….hhh”
“Ssshhh….aaaahhh…aduh
Tante….” Denyutan dibatang kemaluan itu
semakin keras dan aku tahu
kalau pemuda itu mulai tak tahan,
dengan kepala kemaluanitu
dalam mulutku tanganku
melakukan gerakan mengocok dan tangan satunya meremas
zakarnya….
“Tanteeee…..ahhh..oohhh….ssssshhhhh”
agak berteriak pemuda itu dan
sebuah semburan kuat dari
lubang dikepala kemaluan itu mengenai belakang lidahku
membuatku hamper tersedak lalu
memenuhi mulutku dengan cairan
kental dan panas yang tanpa
berpikir kutelan habis…., namun
semburan itu tidak cuma sekali, beberapa kali dalam jumlah yang
cukup banyak, dan kecepatanku
menelan tidak sebanding dengan
kecepatan semburan itu..,
sebagian keluar dari sisi bibirku…
namun aku taatp tidak melepaskan jepitan bibirku
dikepala kemaluan keponakan
suamiku itu hingga berhenti, lalu
dengan lidahkua aku
membersihkannya, lalu
mendongak menatapnya dengan tersenyum. “Enak…?” tanyaku…?
Ia hanya mengangguk dan
tangannya mengusap kepalaku. “gantian …” bisikku dan kini
aku telentang disofa.
Kuminta Dino mengulum pentil
payudaraku dan lidahnya
bergerak sesuai perintahku. Aku
tahu kalau anak muda itu masih ‘hijau’ maka aku
‘menuntunya’ untuk
menelusuri tubuhku dengan
lidahnya dan mengajarkannya
bagaimana seharusnya dia
menggunakan lidahnya ketika mulutnya mencapai kemaluanku “ya..disitu…ahhh…..di emut Din…
emut clitoris tante…ahhhh, yah
masukan lidahmu …ohhh….”
namun irama yang tidak konstan
serta pecahnya perhatian antara
menikmati dan menyuruhnya membuatku sulit mencapai
puncak yang kudambakan. Belum lima menit Dino menjilatiku
aku melihat kalau kemaluannya
sudah mengeras lagi…dasar anak
muda…………………………. Kusuruh Dino telentang dan
dengan posisi diatas aku
mengarahkan kemaluannya
memasuki kemaluanku yang
sudah teramat basah …….dengan
perlahan aku menurunkan pinggulku dan kepala kemaluan
yang besar itu, jauh lebih besar
dari milik suamiku mulai
menembus masuk….cukup lama
aku berjuang agar kemaluan itu
bisa menembus masuk kemaluanku yang ternyata cukup
sempit untuk miliknya dan
akhirnya setelah hamper semua
terbenam aku mulai bergerak,
kedepan …kebelakang kadang
pinggulku berputar dan naik turun. Dino cukup kreatif…. Tangannya
juga bekerja meremas dan
sesekali kepalanya terangkat
mencium dan mengulum pentil
payudaraku. “Ssshh…ah.. Dino….batangmua
besar..aduh..enak….” aku mulai
meracau dan seirama denga
gerakanku, aku merasa
gelombang kenikmatan mulai
menerjang dan naik…naik….dan AAAhhhhhhhhhhh……..dengan
setengah berteriak aku mencapai
orgasmeku, orgasme yang sangat
dahsyat yang sudah betahun
tahun tidak pernah bisa diberikan
suamiku.
Aku ambruk didada pemuda itu
dan bibirku mencari bibirnya,
kami berciuman cukup lama. Aku tahu kalau Dino masih belum
‘keluar’ lagi…, namun aku
sudah terlalu lelah untuk berada
diatas.., maka aku melepaskan
diri..menyuruhnya diatas dan kini
dengan aku dibawah kaki terbuka lebar dengan salah satu
kakiku menyangkut kesenderan
sofa dan Dino dengan mudah kali
ini memasukiku. Gerakan anak muda itu teratur
dan terasa bagaimana kemaluan
besar itu menusuk dan
mengexplorasi bagian dalam
kemaluanku hingga bagian yang
belum tersenah tersentuh oleh suamiku dan gelinjang serta
perasaan nikmta yang tak
tertahankan membuat gelombang
menuju orgasme kembali
menerjangku.
Dino semakin mempercepat
gerakannya dan aku mencoba
mengimbangi gerakannya dengan
goyangan pinggulku dan akhirnya
denga tertahan “Tante..Dino
mau keluar……” “Keluarin Din……” dan aku
menjepit pinggang pemuda itu
dengan kedua kaki yang
kutautkan sehingga kemaluannya
terbenam semakin dalam dan
akhirnya dengan erangan keras bersamaan dengan orgasmeku,
aku merasakan cairan hangat
menyemprot jauh didalam..
Suara desahan, erangan dan nafas
memburu kami terdengar jelas
dikeheningan ruangan dan akhirnya kami berdua melemas
berpelukan erat. “Din…., maafin Tante ya….,
Tante membuatmu melakukan ini,
lupa kalau Tante sudah tua”
kataku
“Tante…., Dino selalu
mengagumi Tante…tante adalah wanita paling cantik yang dino
kenal…dan Tante sama sekali
tidak tua…” jawabnya sambil
mengecup bibirku.
“Tapi ini tidak bisa jadi
kebiasaan Din…., kalau Oom tahu………..” kataku tidak
melanjutkan.
“Dino tahu, ……. Tante…jangan
kuatir” Sore itu kami banyak bercakap –
cakap dan tidak merasa perlu
mengenakan pakaian kami, dan
sebelum maghrib tiba kami
menyelesaikan permainan yang
ketiga kalinya, kali ini dia memasukan kemaluannya dalam
posisi dari belakang dan
diselesaikan dengan posisi
misionari…kembali rahimku
menerima siraman sperma
hangat yang menyemprot dan memberikanku kenikmatan yang
sudah hamper terlupakan.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
-
Daddy, Darling is a 1970 softcore flick about incest so you know this is going to be a sleazy exploitative little film. Except that it’s a ...
-
The Beast and the Vixens (AKA The Beauties and the Beast AKA Desperately Seeking Yeti) is a movie of quite staggering awfulness, and yet ...
-
There are not all that many mermaid movies. This is perhaps not surprising since if you’re going to make a movie about mermaids you really n...
-
The Atomic Brain (the original theatrical release title was Monstrosity ) is classic Z-grade sci-fi horror schlock. This is a mad scientist...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar